
Wish I could say so! Hahaha! Jelas apa yang saya rasakan tidak sejelas yang digambarkan oleh Jason Mraz dalam lagu tersebut. Saya sendiri tidak bisa menjabarkan, emang perasaan ini berbentu apa? Teman? Lebih. Sahabat? Lebih. Pacar? Bukan.
Kmarin saya akhirnya bertemu dengan dia lagi. Memang sih sabtu kemarin kami sempat ketemu di kampus juga, but i just for a while. Ditambah lagi dengan suasana yang tidak memungkinkan kami untuk duduk dan berbicara lama. Or i just staring at him. Satu yang lucu ketika kami pertama kali bertemu (lagi) adalah begitu canggungnya kami membahasakan gesture atau apapun namanya.
Everybody’s knows he’s my buddy! Biasanya kalau dia pulang ke daerahnya untuk berlebaran ataupun liburan, kami selalu berpelukan ketika bertemu kembali. Hey, It’s just a friendship hugging. Walopun biasanya kalau 2 minggu kami tidak bertemu (walopun satu jurusan tapi beda program studi which means kami jarang ketemu juga karena kuliah yang berbeda) yah, biasanya sih langsung pelukan juga. Di koridor kampus, di kantin. And everybody is staring at us. Haha! Teman seangkatan saya sih udah ngerti itu habit kami berdua. Tapi yang lain? But who cares?
Oke, kembali ke pertemuan kami lagi, it just some kind of weird. Dulu saya tahu kalaupun dia pergi ke daerah lain, ada perasaan dia akan kembali. Secara kami masih berkuliah. Tapi sekarang? Saya tidak tahu kapan akan bertemu dia lagi. Mungkin ini yang terakhir saya bertemu dia. Kami bertemu di sesi pelatihan fotografi. I staring at him. He is staring at me too. Weird. Akhirnya ketika kami bisa berbicara, saya mengulurkan tangan untuk berjabat tangan dia memberikan posisi for give me a hug! Akhirnya saya mencoba meyakinkan diri, he’s still my old buddy. Dimana sentuhan fisik means nothing for us. Saya mencoba memeluknya, eh giliran dia yang mengulurkan tangan untuk berjabat tangan. Plus ada junior dan senior yang melihat kami dengan posisi rikuh tersebut. Haha! Seems for me everything’s changing too!
Lucunya lagi sebelum saya bertemu dengan dia, saya sempat mencarinya ke kantin. Oke tidak ada. Maka saya berniat untuk menyusulnya ke ruangan pelatihan. Mungkin di nongkrong di atas. Sampai di depan ruangan pelatihan, saya melihat beberapa teman, senior, dan junior yang lagi nongkrong. Damn! Dia tidak ada. Di dalam kali, masih memberikan materi. Saya pun menghampiri seorang teman, belum juga ngomong eh dia hanya berkata,
”Dia tidak ada di dalam. Kayaknya sih tadi turun ke bawah. Ke kantin kali.”
Hah? Sejelas itukah terbaca siapa yang saya cari? Ya iyalah geblek! Saya yang tidak terlalu tertarik dengan fotografi, saya yang masih bekerja di hari sabtu, saya yang bahkan tidak tahu bahwa pelatihan ini sudah hari kedua, masa mau datang tanpa tujuan tertentu? Ah, betapa saya sangat diperhatikan. Hehehe.
Kemarin malam akhirnya kami bisa duduk berdua. Walaupun ada junior yang ikut, mereka tidak termasuk hitungan pengganggu. Yups, saya akhirnya bisa bersandar di pundaknya lagi, dan dia bisa memegang tanganku lagi. Saya tidak perduli apa yang dikatakan oleh pengunjung cafe yang lain, I really miss him! Dia bercerita mengenai kerjaannya, bercerita mengenai hubungannya dengan sang cewek yang sudah taraf parah, bercerita mengenai kemungkinan balik sama mantannya yang dulu. Dan seperti biasa, saya hanya akan mendengarkan semua ceritanya.
Ini bukan cinta, saya tahu. Ini hanya perhatian yang salah alamat. I do really care to him. I never imagine for having some sex with him. Dengan perhatian yang saya berikan, plus dia mau menerimanyapun saya sangat senang. Walaupun akhirnya ada teman yang mengatakan itu adalah hal terbodoh yang saya lakukan. Memberikan perhatian tanpa harus mengharapkan perhatian kembali. Pathetic? Could it be. Tapi biarlah, karena dia sudah memiliki tempat tersendiri di dalam hati. Yang tidak akan tergantikan. Yah, kalau kecuali saya sudah bertemu dengan Mr. Right, maybe ...
currently listening : Jason Mraz feat. Colbie Caillat - Lucky